Langsung ke konten utama

Postingan

REFLEKSI DAN REVIEW PEKERTI DOSEN

REFLEKSI DAN REVIEW PEKERTI DOSEN Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc. Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta Hasil pemaparan berbagai materi yang saya peroleh selama PEKERTI di UAD, terangkum dalam tulisan berikut ini. Salah satu tujuan nasional dari bangsa Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 28 C ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari IPTEK, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Dalam hal ini, pemerintah diamatkan untuk menyelenggarakan pendidikan. Sesuai dengan pasal 31 Ayat (3), pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Tujuan Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut: (1) Berkembangnya potensi mahasiswa. (2) Dihasilk
Postingan terbaru

PERAN DOSEN DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA MAHASISWA

  PERAN DOSEN DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA MAHASISWA Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc. Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta The Organization for Economic Co-operaction and Develompment (OECD) menyampaikan hasil dari survei Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2018 untuk beberapa negara, termasuk Indonesia. Hasil survei ini mengukur kemampuan siswa untuk ketegori membaca, matematika, dan sains, dengan tujuan menilai sejauh mana kuliah pendidikan di suatu negara. Di Indonesia, ternyata survei menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Skor yang diperoleh Indonesia jauh lebih rendah di bawah rata-rata negara OECD. Untuk kategori reading skill (kemampuan membaca) Indonesia berada pada urutan ke 74 dengan skor rata-rata 371. Kategori mathematic skill (kemampuan matematika) berada pada urutan ke 73 dengan skor rata-rata 379. Sementara itu, untuk kategori science skill (kemampuan sains), Indonesia berada pada urutan ke 69 dengan skor rata-rata 396 (OECD, 2018) . Sa

IMPLEMENTASI KONSEP PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK DI PERGURUAN TINGGI

 IMPLEMENTASI KONSEP PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc. Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta   Di dalam proses belajar mengajar, dosen dihadapkan dengan kondisi dan karaktertistik mahasiswa yang beragam. Hal ini disebabkan karena setiap individu mengalami perkembangan tahap kehidupan yang berbeda-beda pula. Pembelajaran yang akan saya lakukan yaitu dengan dengan mengimplementasi strategi 4C ( critical thinking  &  problem solving ,  creativity & innovation ,  communication , dan  collaboration ).  Critical thinking  (berpikir kritis) merupakan hal penting dalam pembelajaran di abad 21 karena keterampilan yang diperlukan untuk menemukan sumber informasi yang berkualitas, suatu tujuan dalam penilaian yang dapat membandingkan bukti rinci merumuskan dan bertanggungjawab dalam membuat keputusan (Sipayung, Rahmatsyah, Sani, & Bunawan, 2018). Menurut Supena, Darmuki, & Darmuki (2021), keterampilan berpikir kreatif berk

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc. Dosen Politeknik YKPN Yogaykarta   Secara umum, pembelajaran konstruktivistik adalah suatu pendekatan dalam belajar untuk menciptakan pengetahuannya secara sendiri berdasarkan pengalamannya sendiri. Menurut Budyastuti & Fauziati (2021) kontruktivisme sebagai landasan pemikiran belajar konstektual (filsafat), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, dan hasilnya adalah konteks yang terbatas dan bukan hadir dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu dan memberinya makna melalui pengalaman nyata. Menurut Masgumelar & Mustafa (2021), pembelajaran konstruktivisme mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1.     Belajar aktif (active learning) 2.     Peserta didik terlibat dalam aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional 3.     Aktivitas b