PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc.
Dosen Politeknik YKPN Yogaykarta
Secara umum, pembelajaran konstruktivistik adalah suatu pendekatan dalam
belajar untuk menciptakan pengetahuannya secara sendiri berdasarkan
pengalamannya sendiri. Menurut Budyastuti & Fauziati
(2021) kontruktivisme sebagai landasan pemikiran belajar konstektual
(filsafat), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
dan hasilnya adalah konteks yang terbatas dan bukan hadir dengan tiba-tiba.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu dan memberinya
makna melalui pengalaman nyata.
Menurut Masgumelar & Mustafa (2021), pembelajaran
konstruktivisme mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Belajar aktif (active
learning)
2.
Peserta didik terlibat
dalam aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional
3.
Aktivitas belajar
harus menarik dan menantang,
4. Peserta didik harus
dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya
dengan sebuah proses yang disebut "bridging",
5.
Peserta didik harus
mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari,
6. Pendidik lebih
berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu peserta didik dalam melakukan
konstruksi pengetahuan;
7. Pendidik harus dapat
memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan oleh peserta didik dalam
menempuh proses belajar.
Pada pendekatan konvensional (tradisional), kegiatan pembelajaran
mulai dari menciptakan suasana, perencanaan, diagnostik kebutuhan, perumusan
tujuan, rancangan bangun, kegiatan penilaian hampir berpusat pada pendidik.
Dengan kata lain, peranan peserta didik sangat pasif. Hal ini dapat berdampak
pada ketidakmampuan belajar peserta didik dengan mandiri dan terus menerus.
Lain halnya dengan pembelajaran konstruktivistik, yang menitikberatkan pada
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik perlu berperan
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan realita.
Pembelajaran konstruktivistik sangat penting untuk dipelajari bagi
pendidik. Hasil penelitian Hulaimi & Imanuddin (2019), dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme peserta didik lebih aktif dan menemukan
sendiri bahan-bahan yang akan dipelajari, sehingga hasil yang diperoleh lebih
optimal dan dapat dirasakan lebih oleh peserta didik itu sendiri. Guru hanya
akan berperan dalam memantau, memfasilitasi dan membimbing peserta didik yang
berperan aktif tersebut. Pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik. Sementara itu, hasil penelitian Dziubaniuk & Nyholm
(2021) menunjukkan bahwa siswa menghargai bentuk-bentuk pembelajaran aktif
melalui tugas-tugas praktis dan diskusi. Hal ini ditujukan untuk menunjang
karir siswa dimasa dengan dengan mengembangkan keterampilan menerapkan
pengetahuan konseptual ke praktik melalui metode pedagogis konstruktif. Dengan
mempelajari pembelajaran konstruktivistik, maka makna belajar bukan hanya untuk
mengetahui namun juga harus memahami secara mendalam, belajar untuk
mengaplikasikan apa yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata, belajar
untuk menggali potensi yang dimiliki, serta belajar untuk terlibat di dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Salah satu bentuk penerapan pembelajaran konstruktivistik adalah problem-based
learning method. Metode ini menuntut mahasiswa untuk mencari solusi atas
masalah yang menjadi topik pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ghufron & Ermawati (2018) problem-based learning dengan
pendekatan konstruktivistik memiliki kelemahan dan kelebihan. Problem-based
learning sangat baik untuk mengurangi kegugupan peserta didik,
memotivasi peserta didik untuk bertanggung jawab untuk belajar, membuat peserta
didik belajar bagaimana berbagi dan bertukar pikiran dengan orang lain, membuat
peserta didik berpartisipasi aktif dalam belajar, membuat peserta didik mampu
untuk mengeksplorasi keterampilan mereka dalam memecahkan masalah, meningkatkan
rasa percaya diri peserta didik, membuat peserta didik bersemangat untuk
mengikuti pelajaran dengan mengeksplorasi semua sumber belajar untuk memecahkan
masalah, serta membuat peserta didik memiliki sikap postif terhadap pembelajar.
Sementara itu, kelemahan dari pembelajaran ini adalah sulit untuk mengimplementasikan,
membutuhkan lebih banyak waktu dan lebih banyak persiapan manajemen yang baik,
serta dapat membingungkan bagi sebagian peserta didik.
Apabila dikaitkan dengan era industri saat ini, transformasi teknologi
digital merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran. Salah satu kelebihan
menerapkan pembelajaran konstruktivistik adalah memberikan keleluasaan bagi
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya dengan bantuan teknologi
digital. Peserta didik dapat melakukan eksplorasi melalui teknologi di internet
yang menyediakan berbagai platform pembelajaran. Dengan demikian, sumber
pembelajaran tidak hanya berfokus pada pendidik saja. Proses pembelajaran juga
akan semakin bersifat menarik jika dikembangkan teknologi virtual
reality dan augmented reality. Peserta didik akan lebih
kreatif, kebebasan untuk belajar dimana saja dan kapan saja.
Sementara itu, kelemahan pembelajaran konstruktivistik di era industri
saat ini yaitu tidak semua bisa menerapkan kepada peserta didik dengan
karakteristik-karakteristik tertentu. Misalnya terkendala dengan keterbatasan
untuk menjangkau teknologi, kemampuan belajar mandiri yang rendah, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, dalam menerapkan
pembelajaran konstruktivistik, pendidik hendaknya harus benar-benar memahami
mengenai tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik.
Referensi:
Budyastuti, Y., & Fauziati, E.
(2021). Penerapan Teori Konstruktivisme pada Pembelajaran Daring
Interaktif. Jurnal Papeda, 3(2), 112 - 119. doi:https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v3i2.1126
Dziubaniuk, O., & Nyholm, M.
(2021). Constructivist Approach in Teaching Sustainability and Business Ethics:
A Case Study. International Journal of Sustainability in Higher
Education, 22(1), 177-197. doi:https://doi.org/10.1108/IJSHE-02-2020-0081
Ghufron, M. A., & Ermawati, S.
(2018). The Strengths and Weaknesses of Cooperative Learning and Problembased
Learning in EFL Writing Class: Teachers and Students’ Perspectives. International
Journal of Instruction, 11(4), 657-672.
Hulaimi, A., & Imanuddin, H.
(2019). Studi Tentang Pendekatan Konstruktivisme Melalui Model Pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Dalam Meningkatkan
Komentar
Posting Komentar