Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc.
Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta
The Organization for Economic
Co-operaction and Develompment (OECD) menyampaikan hasil dari survei Programme
for International Student Assesment (PISA) tahun 2018 untuk beberapa negara,
termasuk Indonesia. Hasil survei ini mengukur kemampuan siswa untuk ketegori
membaca, matematika, dan sains, dengan tujuan menilai sejauh mana kuliah
pendidikan di suatu negara. Di Indonesia, ternyata survei menunjukkan hasil
yang tidak memuaskan. Skor yang diperoleh Indonesia jauh lebih rendah di bawah
rata-rata negara OECD. Untuk kategori reading skill (kemampuan membaca)
Indonesia berada pada urutan ke 74 dengan skor rata-rata 371. Kategori mathematic
skill (kemampuan matematika) berada pada urutan ke 73 dengan skor rata-rata
379. Sementara itu, untuk kategori science skill (kemampuan sains),
Indonesia berada pada urutan ke 69 dengan skor rata-rata 396 (OECD, 2018).
Salah satu hal yang paling menonjol
dari hasil survei adalah minat baca peserta didik di Indonesia sangat rendah,
tidak terkecuali mahasiswa. Saat ini, mahasiswa didominasi oleh generasi
milenial. Menurut penelitian KPMG (2017),
ciri-ciri dari milenial adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani
dari zona nyaman, melek teknologi, lebih toleran terhadap berbedaan,
mengutamakan keseimbangan dan lebih percaya diri. Namun, mahasiswa yang berada
generasi ini memiliki minat baca yang rendah, terutama pada materi kuliah. Hasil
penelitian Widodo, Indraswati, Erfan, Maulyda, & Rahmatih (2020) menunjukkan
bahwa minat baca mahasiswa termasuk dalam kategori rendah dengan indikator
intensitas membaca rendah, tingkat kunjungan ke perpustakaan rendah dan minat
meminjam buku. Sementara itu, menurut Siswati (2010),
aktivitas membaca mahasiswa mengalami penurunan tersebut, kemungkinan
dipengaruhi oleh teknologi informasi yang sudah sangat maju, termasuk media
sosial. Berbagai macam hiburan yang tidak mengikutsertakan media buku, menjadi
lebih menarik, karena membaca membutuhkan perhatian khusus yang tidak dapat
diselingi dengan aktivitas lainnya.
Aktivitas membaca materi kuliah
sebelum kuliah berlangsung sangat diperlukan agar dapat meningkatkan pemahaman
materi kuliah dan lebih siap untuk menerima materi ketika kuliah berlangsung. Dari
beberapa literatur, hasil survei, dan hasil penenelitian menunjukkan adanya
fenomena rendahnya minat baca mahasiswa di Indonesia. Hal ini diperparah dengan
terjadi pandemi covid 19 yang melanda seluruh negara di dunia. Pandemi covid 19
menunjukkan adanya peningkatan fenomena “learning loss”. Istilah “learning
loss” secara umum digunakan dalam literatur untuk mendiskripsikan menurunnya
pengetahuan dan keterampilan siswa (Pier et al., 2021).
Hasil literatur review Donnelly & Patrinos (2021) menunjukkan
bahwa 7 dari 8 penelitian, menemukan bukti bahwa siswa mengalami learning
loss selama pandemi covid 19.
Adanya fenomena ini, dosen sebagai
pendidik harus mempunyai solusi atas permasalahan ini. Dosen harus dapat
mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca mahasiswa. Menurut
Rahim (2007),
membaca akan menentukan kualitas suatu masyarakat atau bangsa, ia menyebutkan
bahwa; “Rendahnya minat baca masyarakat khususnya masyarakat mahasiswa suatu
bangsa sangat mempengaruhi kualitas suatu bangsa, sebab dengan rendahnya minat
baca, tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
informasi di dunia, di mana pada akhirnya akan berdampak pada ketertinggalan
bangsa itu sendiri”. Disinilah peranan dosen untuk membentuk perilaku mahasiswa
diperlukan melalui pemberian motivasi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Sukirman, Firman, Aswar, & Mirnawati (2021) menyatakan
bahwa dosen perlu menyiapkan strategi, misalnya pemberian tugas, untuk merangsang
daya kreatif minat baca khususnya bagi mahasiswa dan pada umumnya bagi
pembelajar.
Untuk mendorong perilaku mahasiswa
dalam membaca materi kuliah, pendekatan teori belajar yang dapat digunakan
adalah teori motivasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi diartikan
sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi mengacu pada
proses yang mendorong kegiatan yang diarahkan pada tujuan tertentu (Schunk & DiBenedetto, 2020).
Sementara itu, menurut Hattie, Hodis, & Kang (2020),
motivasi adalah dasar bagi agensi manusia dan perilaku kehendak, dan beberapa
teori berpengaruh telah diajukan untuk menjelaskan mengapa individu memilih atau
bertahan dalam suatu tindakan (di atas yang lain). Prihartanta (2015) mengemukakan
beberapa teori motivasi diantara yaitu teori kebutuhan Abraham Maslow, teori motivasi
Herzberg (teori dua faktor), teori motivasi Douglas McGregor, teori motivasi
Vroom (teori harapan), teori motivasi Achievement Mc Clelland (teori kebutuhan
berprestasi), teori motivasi Clayton Alderfer (teori “ERG), dan teori teori penetapan
tujuan (goal setting theory).
Hartanto (2022) mengemukakan
bahwa istilah motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere” yang
berarti menggerakkan. Pengertian movitasi dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Wlodkowski dalam Hartanto (2022) menjelaskan
dari sudut pandang teori behaviorisme, motivasi diartikan sebagai suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan memberi arah dan
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Dari sudut pandang
kognitif, motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang
mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya Ames dan Ames dalam Hartanto (2022).
Sementara itu, motivasi juga diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai
melalui perilaku tertentu Cropley dalam Hartanto (2022).
Dalam sudut pandang behaviorisme
menunjukkan bahwa peranan motivasi dosen kepada mahasiswa akan mendorong dan
menimbulkan perilaku mahasiswa. Menurut Rusyan & Tabriani (1989),
motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, yaitu motivasi
memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. motivasi-motivasi
perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang
berkeinginan untuk melakukannya, serta motivasi memberi petunjuk pada tingkah
laku. Salah satu perilaku mahasiswa yang diharapkan yaitu meningkatkan minat
membaca mahasiswa terhadap materi kuliah.
Secara lebih lanjut, Hartanto (2022) menjelaskan
teori model ARACS oleh Keller dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
mahasiswa. ARACS terdiri dari “Attention
(perhatian)”, “Relevance (relevansi)”, “Confidence
(kepercayaan)”, “Satisfaction (kepuasan)”. Pertama, perhatian mahasiswa
muncul didorong rasa ingin tahu. Dengan demikian, rasa ingin tahu ini perlu
mendapat rangsangan, sehingga mahasiswa akan memberikan perhatian dan perhatian
tersebut dipelihara selama perkuliahan. Rangsangan inilah yang perlu senantiasa
diberikan oleh dosen selama proses pembelajaran di kelas. Yang kedua adalah
relevansi. Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi perkuliahan dengan
kebutuhan dan kondisi mahasiswa (Hartanto, 2022).
Dosen harus memiki kemampuan untuk mengkaitkan materi perkuliahan yang
disampaikan dengan kebutuhan mahasiswa, sehingga minat membaca mahasiswa akan
meningkat seiring keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya yaitu kepercayaan.
Bandura dalam Hartanto (2022) mengembangkan
lebih lanjut konsep self-efficacy mengenai keyakinan pribadi bahwa
dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat
keberhasilan. Peran dosen dibutuhkan untuk membangun kepercayaan diri untuk
mengeksplor berbagai potensi yang ada pada mahasiswa. Terakhir yaitu kepuasan. Keberhasilan
dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan mahasiswa akan
termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa (Hartanto, 2022).
Hasil penelitian Sukirman et al. (2021) menunjukkan
bahwa faktor determinan pemberian tugas dari dosen mendukung keberlangsungan
penumbuhan minat baca mahasiswa. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Hasil penelitian Guthrie et al. (2006) menunjukkan
bahwa motivasi dari guru menggunakan minat situasional dapat mendorong
pengembangan minat membaca individu. Hasil penelitian yang serupa juga
ditunjukkan pada penelitian Naeghel et al. (2014).
Sejalan dengan teori self-determination, keterlibatan guru menjadi
faktor paling kuat terhadap motivasi instrinsik dalam menumbuhkan minat membaca
remaja. Dari berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendekatan
belajar teori motivasi dapat digunakan oleh dosen untuk mendorong minat
mahasiswa dalam membaca materi kuliah.
Berbagai cara atau strategi dapat diterapkan
dalam membentuk perilaku mahasiswa suka membaca materi kuliah. Surachman dalam Periyeti (2017) menyatakan
bahwa terdapat beberapa strategi untuk mengembangkan minat baca mahasiswa.
1. Mendesain
kurikulum atau sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
melakukan kegiatan membaca bahan bacaan yang terkait dengan kurikulum atau
sistem pembelajaran yang ada.
2. Pendidik
berupaya merekomendasikan bahan-bahan bacaan yang harus dibaca oleh peserta
didik yang dikaitkan dengan tugas-tugas pembelajaran, hal ini juga harus
diinformasikan ke pustakawan atau perpustakaan agar disediakan bahan bacaan
yang direkomendasikan, sehingga peserta didik dengan sendirinya akan mencari
dan membaca di perpustakaan.
3. Tersedianya
sarana sumber informasi/perpustakaan/taman bacaan/pusat dokumentasi dan
informasi yang memadai, mudah terjangkau dan representatif, sehingga mahasiswa
merasa butuh informasi yang ada di perpustakaan, dan perpustakaan juga dapat
memenuhi kebutuhan pengguna.
4. Menumbuhkan
kesadaran kepada mahasiswa, betapa pentingnya kebiasaan membaca, karena dengan
membaca akan dapat membuka wacana baru dan menambah wawasan terkait dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, perlu dikembangkan
minat baca mahasiswa dengan membuat “pojok baca”. Disetiap pojok ruangan harus
membuat taman baca, dominasi bukunya adalah buku-buku pendidikan diluar buku
perkuliahan.
Dalam kajian Mansyur (2019) dijelaskan
bahwa sarana yang dapat meningkatkan minat baca sebagai sumber informasi
belajar adalah perpustakaan. Hampir semua lembaga pendidikan mempunyai perpustakaan
yang memadai dan telah terakareditasi dengan predikat unggul. Dengan demikian,
diperlukan upaya memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan. Salah satu upaya yang
dapat ditempuh yaitu menyelenggarakan Gempusta atau Gerakan Gemar ke
Perpustakaan. Sebagai gerakan penyadaran kolektif yang mengajak masyarakat,
terutama peserta didik dan guru/dosen, agar gemar ke perpustakaan dan mengintegrasikan
proses pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan literasi. Melalui Gempusta ini, peserta
didik diberikan pembiasaan menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar dan sebagai
pusat pengembangan minat baca bagi masyarakat secara luas.
Mahasiswa saat ini yang sebagai besar berasal generasi milenial yang cenderung sangat adaptip pada teknologi, tidak terkecuali media sosial. Dosen juga harus bisa beradaptasi pada perubahan teknologi yang begitu cepat ini. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca mahasiswa yaitu dengan memasukkan berbagai materi perkuliahan ke dalam media sosial yang ada. Misalnya, melalui Instagram, Youtube, Facebook, Twitter, dan Tiktok. Media sosial tersebut sangat bisa diakses dengan mudah dan cepat oleh mahasiswa, karena sangat familiar. Mereka bisa belajar materi kuliah dimanapun dan kapanpun. Penggunaan media sosial diharapkan membuat mereka lebih nyaman dan santai ketika membaca. Pada akhirnya, dapat menumbuhkan minat baca mahasiswa dan materi kuliah bisa diserap dengan baik sebelum kelas berlangsung.
Referensi
Amin, M. S.
(2018). Perbedaan Struktur Otak dan Perilaku Belajar Antara Pria dan Wanita;
Eksplanasi dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat. Jurnal Filsafat Indonesia, 1(1), 38-43. doi:http://dx.doi.org/10.23887/jfi.v1i1.13973
Donnelly, R., & Patrinos, H. A.
(2021). Learning Loss During Covid‑19: An Early Systematic Review. Prospects. doi:https://doi.org/10.1007/s11125-021-09582-6
Guthrie, J. T., Wigfield, A.,
Humenick, N. M., Perencevich, K. C., Taboada, A., & Barbosa, P. (2006).
Influences of Stimulating Tasks on Reading Motivation and Comprehension. The Journal of Educational Research, 99(4),
232-245.
Hartanto,
D. (2022) disampaikan dalam Program
Peningkatan Keterampilan Teknik Instruksional Dosen, (2022).
Hattie, J., Hodis, F. A., &
Kang, S. H. K. (2020). Theories of Motivation: Integration and Ways Forward. Contemporary Educational Psychology, 61.
doi:https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2020.101865
KPMG. (2017). Meet the Millenials. UK: KPMG LLP.
Mansyur, U. (2019). Gempusta: Upaya Meningkatkan Minat Baca.
Paper presented at the Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia II, UNM
Makassar.
Naeghel, J. D., Valcke, M., Meyer,
I. D., Warlop, N., Braak, J. V., & Keer, H. D. (2014). The Role of Teacher
Behavior in Adolescents’ Intrinsic Reading Motivation. Read Writ.
OECD. (2018). PISA 2018: Insights and Interpretations. Retrieved from
Periyeti. (2017). Meningkatkan
Minat Baca Mahasiswa dalam Mencari Informasi. Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, 33(1), 51-68.
Pier, L., Hough, H. J., Christian,
M., Bookman, N., Wilkenfeld, B., & Miller, R. (2021). Covid-19 and The Educational
Equity Crisis: Evidence on Learning Loss from The CORE Data Collaborative.
Prihartanta, W. (2015). Teori-Teori
Motivasi. Jurnal Adabiya, 1(83),
1-11.
Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rusyan, A., & Tabriani. (1989).
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remadja Karya.
Schunk, D. H., & DiBenedetto,
M. K. (2020). Motivation and social cognitive theory. Contemporary Educational Psychology, 60. doi:https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2019.101832
Siswati. (2010). Minat Membaca Pada
Mahasiswa (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UNDIP Semester
I). Jurnal Psikologi Undip, 8(2),
124-134.
Sukirman, Firman, Aswar, N., &
Mirnawati. (2021). Pengaruh Beberapa Faktor Determinan terhadap Peningkatan
Minat Baca Mahasiswa. Jurnal Onoma:
Pendidikan, Bahasa dan Sastra, 7(1), 46-61.
Widodo,
A., Indraswati, D., Erfan, M., Maulyda, M. A., & Rahmatih, A. N. (2020).
Profil minat baca mahasiswa baru PGSD Universitas Mataram. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 10(1),
34-48. doi:https://doi.org/10.25273/pe.v10i1.5968
Komentar
Posting Komentar