Langsung ke konten utama

REFLEKSI DAN REVIEW PEKERTI DOSEN

REFLEKSI DAN REVIEW
PEKERTI DOSEN

Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc.
Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta

Hasil pemaparan berbagai materi yang saya peroleh selama PEKERTI di UAD, terangkum dalam tulisan berikut ini.

Salah satu tujuan nasional dari bangsa Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 28 C ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari IPTEK, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Dalam hal ini, pemerintah diamatkan untuk menyelenggarakan pendidikan. Sesuai dengan pasal 31 Ayat (3), pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Tujuan Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut: (1) Berkembangnya potensi mahasiswa. (2) Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi. (3) Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui penelitian. (4) Terwujudnya Pengabdian kepada Masyakarat berbasis Penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mencapai keempat tujuan tersebut, diperlukan peranan dosen dalam pengembangan Perguruan Tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang Perguruan Tinggi, peran dosen dalam pengembangan Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut. (1) Dosen sebagai anggota sivitas akademika memiliki tugas mentransformasikan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi yang dikuasainya kepada mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran sehingga Mahasiswa aktif mengembangkan potensinya. (2) Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya. (3) Dosen secara perseorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi dan/atau publikasi ilmiah sebagai salah satu sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca tulis bagi sivitas akademika.

Sebelum mengajar maka sebaiknya dosen harus bisa memahami siapa yang belajar, apa yang dipelajari, dan bagaimana membuat individu bisa berhasil dalam belajar”. Dengan demikian, dosen harus memahami karakteristik serta pembelajaran mahasiswa sebagai orang dewasa. Kondisi psikologis mahasiswa sebagai orang dewasa berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan perkembangan psikososial, bahasa, kognitif, dan moral juga setiap orang tidak sama. Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai untuk diterapkan bagi orang dewasa adalah pendekatan andragogi (konstruktivistik). Pembelajaraan ini dilakukan melalui 4C (critical thinking & problem solving, creativity & innovation, communication, dan collaboration). Sumber belajar bagi orang dewasa dari berasal dari teman, media cetak dan non cetak, serta pakar/tenaga ahli/dosen. Berbagai faktor dapat mempengaruhi belajar seseorang. Misalnya, faktor kebebasan, faktor tanggung jawab, faktor pengambilan keputusan sendiri, faktor pengarahan diri sendiri, faktor psikologis, faktor fisik, dan faktor motivasi. Selain itu, mahasiswa sebagai orang dewasa dihadapkan pada kondisi “Quarter of Cricis”, terjadi gap antara keinginan dan kenyataan. Ciri-ciri dari orang yang berada pada krisis ini adalah berpikir mengenai “untuk apa hidup ini?”, stagnan, motivasi rendah, tidak bahagia dengan capaian, dan bingung memilih jalan hidup. Dosen harus memahami mengenai pembelajaran orang dewasa agar dapat membantu setiap mahasiswa sebagai orang dewasa, untuk mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan.

Selain itu, dosen juga perlu membuat mahasiswa bisa berhasil dalam belajar. Terdapat beberapa teori belajar yang dapat digunakan untuk membantu dosen dalam proses pembelajaran. Teori-teori tersebut diantaranya meliputi teori belajar behaviorisme (tingkah laku), teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme, teori belajar humanistik, teori belajar sibernetik dan teori belajar motivasi. Teori motivasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk penerapan dalam pembelajaran. Dosen dapat menggunakan pendekatan teori belajar tersebut untuk menyusun strategi-strategi dalam proses pembelajaran.

Di dalam proses pembelajaran satu matakuliah, dosen dapat menggunakan satu atau gabungan dari metode pembelajaran. Metode pembelajaran dapat bermacam-macam jenisnya, meliputi small group discussion, role-play & simulation, discovery learning, self-directed learning, cooperative learning, collaborative learning, contextual learning, project-based learning, dan problem-based learning & inquiry. Pemilihan metode pembelajaran ini bisa disesuaikan dengan tujuan instruksional, waktu dan fasilitas, pengetahuan awal mahasiswa, jumlah mahasiswa, jenis mata kuliah/pokok bahasan, serta pengalaman dan kepribadian dosen.

Dosen perlu untuk membuat rencana yang dapat memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Rencana ini disebut desain pembelajaran. Desain pembelajaran dapat digunakan untuk mengaplikasikan penyusunan rencana pembelajaran. Dalam menyusun rencana pembelajaran, harus berdasarkan kurikulum sesuai Standar Nasional Pendidikan Tinggi di Indonesia. Saat ini, dikembangkan pendekatan OBE (Outcome-Based Education) dalam kurikulum. Terdapat beberapa prinsip siklus kurikulum dalam pendekatan OBE, meliputi OBC (Bagaimana kurikulum dikembangkan berdasakan LO/CPL?), OBLT (Bagaimana LO/CPL dicapai?, dan OBAE (Bagaimana LO/CPL dijamin pencapainnya?). Dalam rangka mengaplikasikan kurikulum ini, program studi harus menyiapkan berbagai dokumen kurikulum prodi, menentukan profil lulusan program studi, capaian pembelajaran lulusan program studi, dan bahan kajian. Informasi dalam dokumen-dokumen tersebut dapat digunakan oleh dosen mata kuliah untuk menyusun RPS (rencana pembelajaran semester). Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 mengenai standar nasional pendidikan tinggi disebutkan bahwa RPS paling sedikit memuat: nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama dosen pengampu; capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah; kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai; metode pembelajaran; waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran; pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskrispi tugas yang harus dikerjakan selama mahasiswa selama satu semester; kriteria, indikator, dan bobot penilaian, serta daftar referensi yang digunakan.

Setelah rancangan pembelajaran disusun dan diterapkan dalam proses pembelajaran, maka perlu untuk dilakukan pengukuran dan penilaian hasil pembelajaran tersebut. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi ketercapaian CPL dan kurikulum. Dosen dapat menyusun rancang penilaian dan evaluasi dengan mengaitkan antara CPL, CPMK, sub CPMK, indikator, jenis evaluasi beserta bobot. Untuk mengevaluasi ketercapaian CPMK di setiap mata kuliah dosen perlu menyusun soal berbasis HOTS. Soal berbasis HOTS ini merefleksikan pemahaman akan informasi dan bernalar bukan sekedar meningat kembali atau recall informasi. Dengan memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengindikasikan bahwa mahasiswa mampu untuk berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.

Di era revolusi industri 4.0, dosen perlu untuk mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi. Bahan ajar yang dikembangkan harus mampu untuk mengakomodasi mahasiswa agar dapat memahami hal-hal baru. Agar tidak menimbulkan kebosanan bagi mahasiswa, penyampaian bahan ajar bisa dilakukan dalam durasi pendek. Salah satu platform yang dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar bagi mahasiswa adalah Canva. Dosen dapat memilih berbagai templete yang tersedia di Canva membuat bahan presentasi, cover dokumen/buku, membuat video, dan lain sebagainya.

Dalam penyampaian bahan ajar, diperlukan pemahaman mengenai konsep-konsep dasar komunikasi dan keterampilan dalam mengajar. Dosen harus mampu untuk menciptakan dan menumbuhkan iklim positif dengan menunjukkan sikap memperhatikan, mendengarkan dengan aktif, memberi dorongan, bertanya yang bukan menghakimi, serta fleksibel. Beberapa keterampilan dasar mengajar yang dibutuhkan oleh dosen meliputi keterampilan bertanya dasar dan lanjut, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup, keterampilan membimbing diskusi dan kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Pada akhirnya, dosen harus senantiasa melakukan refleksi dan evaluasi diri sejauh mana dapat membimbing mahasiswa agar dapat menguasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta memahami kehidupan.

 

Referensi: Berbagai sumber materi PEKERTI UAD & APTISI. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAHAMI TEORI, SISTEM DAN TANTANGAN PENGANGGARAN PADA SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

MEMAHAMI TEORI, SISTEM DAN TANTANGAN PENGANGGARAN PADA SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA Oleh: Erlinda Nur Khasanah Magister Sains Akuntansi-Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Pendahuluan           Organisasi di sektor publik dan sektor swasta memiliki berbagai perbedaan. Hal mendasar yang membedakan keduanya yaitu tujuan yang ingin dicapai. Pada sektor swasta, motif utama dalam menjalankan operasinya adalah untuk memperoleh laba (keuntungan) yang sebesar-besarnya demi meningkatkan kekayaan dari pemilik perusahaan (pemegang saham), sedangkan tujuan utama dari sektor publik bukan untuk mencari laba, akan tetapi bertujuan untuk menyediakan pelayanan kepada publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain dilihat dari segi tujuan, perbedaan mendasar lainnya yaitu sumber pendanaan. Organisasi sektor swasta mendapatkan pendanaan dapat berasal dari modal pemilik perusahaan, penjualan atas barang dan...

PERAN DOSEN DALAM MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS ORANG DEWASA

 PERAN DOSEN DALAM MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS ORANG DEWASA Oleh: Erlinda Nur Khasanah, S.E., M.Sc. Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta        Pada umumnya, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di program diploma, sarjana terapan, atau sarjana adalah mahasiswa yang berusia berkisar antara 18-25 tahun. Pada rentang usia ini, mahasiswa bisa disebut sebagai orang dewasa awal. Menurut Putri (2019), pada masa dewasa awal, seseorang memiliki tugas untuk mencapai peran sosial, bertanggungjawab, mencapai kemandirian emosional, memilih pasangan hidup, membangun kehidupan rumah tangga dengan pasangan hidup, mengasuh anak dan menjadi warga negara yang baik. Dengan perkembangan siklus hidup, akan mempengaruhi kondisi psikologis mahasiswa. Hoyer (2020) menyatakan bahwa pendewasaan seseorang akan berkaitan erat dengan sifat adaptif dari kondisi psikis. Setiap mahasiswa memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda. Hal ini sesu...

Analisis Investasi (Belanja Modal) di Sektor Publik

Analisis Investasi (Belanja Modal) di Sektor Publik Oleh: Erlinda Nur Khasanah Magister Sains Akuntansi-Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada   Pendahuluan Pada dasarnya, sektor publik dan sektor bisnis merupakan lembaga yang berbeda. Sektor bisnis didorong oleh motif mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemegang saham. Sedangkan sektor publik didorong oleh keinginan untuk menyejahterakan dan memakmurkan publik (masyarakat) dengan penyediaan barang dan layanan/ jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sektor bisnis yang berorietasi pada profit ini, memperoleh sebagian besar pendapatan/uang dari pelanggan yang membeli produk yang ditawarkan (barang dan jasa), sedangkan sektor publik mendapatkan dana dari pembayaran pajak, retribusi dan lain-lain. Oleh karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut, dalam hal pengelolaan manajemen keuangan di sektor publik tidak dapat sepenuhnya disamakan dengan manajemen keuangan di sektor bisnis. Pengelolaa...