PEKERTI DOSEN
Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta
Hasil pemaparan berbagai materi yang saya peroleh selama PEKERTI di UAD, terangkum dalam tulisan berikut ini.
Salah satu tujuan nasional dari bangsa Indonesia
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 28 C ayat (1) disebutkan
bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari IPTEK,
seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia”. Dalam hal ini, pemerintah diamatkan untuk menyelenggarakan
pendidikan. Sesuai dengan pasal 31 Ayat (3), pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang. Tujuan Pendidikan Tinggi adalah sebagai
berikut: (1) Berkembangnya potensi mahasiswa. (2) Dihasilkannya lulusan yang
menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi. (3) Dihasilkannya Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui penelitian. (4) Terwujudnya Pengabdian
kepada Masyakarat berbasis Penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mencapai keempat tujuan tersebut,
diperlukan peranan dosen dalam pengembangan Perguruan Tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang Perguruan
Tinggi, peran dosen dalam pengembangan Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut.
(1) Dosen sebagai anggota sivitas akademika memiliki tugas mentransformasikan
Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi yang dikuasainya kepada mahasiswa dengan
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran sehingga Mahasiswa aktif
mengembangkan potensinya. (2) Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas
mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui
penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya. (3) Dosen secara
perseorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi dan/atau publikasi ilmiah sebagai salah satu
sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan
kegiatan baca tulis bagi sivitas akademika.
Sebelum mengajar maka sebaiknya dosen
harus bisa memahami siapa yang belajar, apa yang dipelajari, dan bagaimana membuat
individu bisa berhasil dalam belajar”. Dengan demikian, dosen harus memahami
karakteristik serta pembelajaran mahasiswa sebagai orang dewasa. Kondisi
psikologis mahasiswa sebagai orang dewasa berbeda-beda antara satu dengan
lainnya. Hal ini dikarenakan perkembangan psikososial, bahasa, kognitif, dan
moral juga setiap orang tidak sama. Pendekatan pembelajaran yang dipandang
sesuai untuk diterapkan bagi orang dewasa adalah pendekatan andragogi
(konstruktivistik). Pembelajaraan ini dilakukan melalui 4C (critical thinking
& problem solving, creativity & innovation, communication, dan
collaboration). Sumber belajar bagi orang dewasa dari berasal dari teman, media
cetak dan non cetak, serta pakar/tenaga ahli/dosen. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi belajar seseorang. Misalnya, faktor kebebasan, faktor tanggung
jawab, faktor pengambilan keputusan sendiri, faktor pengarahan diri sendiri, faktor
psikologis, faktor fisik, dan faktor motivasi. Selain itu, mahasiswa sebagai
orang dewasa dihadapkan pada kondisi “Quarter of Cricis”, terjadi gap antara
keinginan dan kenyataan. Ciri-ciri dari orang yang berada pada krisis ini
adalah berpikir mengenai “untuk apa hidup ini?”, stagnan, motivasi rendah,
tidak bahagia dengan capaian, dan bingung memilih jalan hidup. Dosen harus
memahami mengenai pembelajaran orang dewasa agar dapat membantu setiap
mahasiswa sebagai orang dewasa, untuk mengembangkan potensi dirinya melalui
pendidikan.
Selain itu, dosen juga perlu membuat
mahasiswa bisa berhasil dalam belajar. Terdapat beberapa teori belajar yang
dapat digunakan untuk membantu dosen dalam proses pembelajaran. Teori-teori
tersebut diantaranya meliputi teori belajar behaviorisme (tingkah laku), teori
belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme, teori belajar humanistik, teori
belajar sibernetik dan teori belajar motivasi. Teori motivasi merupakan salah
satu pendekatan yang dapat digunakan untuk penerapan dalam pembelajaran. Dosen dapat
menggunakan pendekatan teori belajar tersebut untuk menyusun strategi-strategi dalam
proses pembelajaran.
Di dalam proses pembelajaran satu
matakuliah, dosen dapat menggunakan satu atau gabungan dari metode
pembelajaran. Metode pembelajaran dapat bermacam-macam jenisnya, meliputi small
group discussion, role-play & simulation, discovery learning, self-directed
learning, cooperative learning, collaborative learning, contextual learning,
project-based learning, dan problem-based learning & inquiry. Pemilihan
metode pembelajaran ini bisa disesuaikan dengan tujuan instruksional, waktu dan
fasilitas, pengetahuan awal mahasiswa, jumlah mahasiswa, jenis mata
kuliah/pokok bahasan, serta pengalaman dan kepribadian dosen.
Dosen perlu untuk membuat rencana yang
dapat memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Rencana ini disebut desain pembelajaran. Desain pembelajaran dapat digunakan untuk mengaplikasikan penyusunan
rencana pembelajaran. Dalam menyusun rencana pembelajaran, harus berdasarkan kurikulum
sesuai Standar Nasional Pendidikan Tinggi di Indonesia. Saat ini, dikembangkan
pendekatan OBE (Outcome-Based Education) dalam kurikulum. Terdapat beberapa
prinsip siklus kurikulum dalam pendekatan OBE, meliputi OBC (Bagaimana kurikulum
dikembangkan berdasakan LO/CPL?), OBLT (Bagaimana LO/CPL dicapai?, dan OBAE
(Bagaimana LO/CPL dijamin pencapainnya?). Dalam rangka mengaplikasikan
kurikulum ini, program studi harus menyiapkan berbagai dokumen kurikulum prodi,
menentukan profil lulusan program studi, capaian pembelajaran lulusan program
studi, dan bahan kajian. Informasi dalam dokumen-dokumen tersebut dapat
digunakan oleh dosen mata kuliah untuk menyusun RPS (rencana pembelajaran
semester). Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 mengenai standar
nasional pendidikan tinggi disebutkan bahwa RPS paling sedikit memuat: nama
program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama dosen pengampu;
capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah; kemampuan akhir
yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk memenuhi capaian
pembelajaran lulusan, bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan
dicapai; metode pembelajaran; waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan
pada tiap tahap pembelajaran; pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan
dalam deskrispi tugas yang harus dikerjakan selama mahasiswa selama satu
semester; kriteria, indikator, dan bobot penilaian, serta daftar referensi yang
digunakan.
Setelah
rancangan pembelajaran disusun dan diterapkan dalam proses pembelajaran, maka
perlu untuk dilakukan pengukuran dan penilaian hasil pembelajaran tersebut. Hal
ini dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi ketercapaian CPL dan kurikulum.
Dosen dapat menyusun rancang penilaian dan evaluasi dengan mengaitkan antara
CPL, CPMK, sub CPMK, indikator, jenis evaluasi beserta bobot. Untuk
mengevaluasi ketercapaian CPMK di setiap mata kuliah dosen perlu menyusun soal
berbasis HOTS. Soal berbasis HOTS ini merefleksikan pemahaman akan informasi dan
bernalar bukan sekedar meningat kembali atau recall informasi. Dengan memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengindikasikan bahwa mahasiswa mampu untuk
berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Di
era revolusi industri 4.0, dosen perlu untuk mengembangkan bahan ajar berbasis
teknologi. Bahan ajar yang dikembangkan harus mampu untuk mengakomodasi
mahasiswa agar dapat memahami hal-hal baru. Agar tidak menimbulkan kebosanan
bagi mahasiswa, penyampaian bahan ajar bisa dilakukan dalam durasi pendek. Salah
satu platform yang dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar bagi
mahasiswa adalah Canva. Dosen dapat memilih berbagai templete yang tersedia di
Canva membuat bahan presentasi, cover dokumen/buku, membuat video, dan lain
sebagainya.
Dalam
penyampaian bahan ajar, diperlukan pemahaman mengenai konsep-konsep dasar
komunikasi dan keterampilan dalam mengajar. Dosen harus mampu untuk menciptakan
dan menumbuhkan iklim positif dengan menunjukkan sikap memperhatikan,
mendengarkan dengan aktif, memberi dorongan, bertanya yang bukan menghakimi,
serta fleksibel. Beberapa keterampilan dasar mengajar yang dibutuhkan oleh
dosen meliputi keterampilan bertanya dasar dan lanjut, keterampilan memberi
penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup, keterampilan membimbing diskusi dan kelompok
kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan. Pada akhirnya, dosen harus senantiasa melakukan refleksi dan
evaluasi diri sejauh mana dapat membimbing mahasiswa agar dapat menguasi ilmu
pengetahuan dan keterampilan serta memahami kehidupan.
Referensi: Berbagai sumber materi PEKERTI UAD & APTISI.
Komentar
Posting Komentar